Harus disadari, ketika telah mencapai umur 22 tahun, tidak sepantasnya lagi gw menonton serial-serial TV yang bersegmen remaja. Seharusnya gw menonton serial-serial yang lebih serius, dan tentu saja berbobot (bukan hanya sekedar masalah pacaran, pamer harta, dll).
Usaha ini telah gw rintis sejak tingkat 3 kuliah. Ketika gw mendapatkan segepok DVD Law & Order 1st Season di Kota Kembang. Ternyata serial seperti itu, jauh lebih memuaskan mata dan pikiran. Namun sayangnya, dalam tempo satu tahun lebih, gw tidak lagi berhasil menemukan serial yang mempunyai bobot yang sama seperti Law & Order (LO).
Minggu kemarin, tanpa sengaja gw membongkar tumpukan cakram di kosan teman, dan menemukan serial berjudul The West Wing. Setelah gw tonton, INI DIA !!
Bercerita mengenai pemerintahan presiden fiktif di Amerika Serikat, Josiah Bartlet, yang berasal dari Partai Demokrat. Pada intinya, serial ini menceritakan tentang keseharian yang terjadi di kantor kepresidenan AS. Presiden Josiah Bartlet didukung oleh enam orang staff yang telah membantunya memperoleh kursi kepresidenan, yaitu Leo McGarry (chief of staff), Josh Lyman (deputy chief of staff), Toby Ziegler (communications director), Sam Seaborn (deputy communications director), C.J. Cregg (press secretary), Mandy Hampton (media consultant).
Pada awalnya, akan susah untuk mengikuti adegan per adegan yang ditampilkan. Selain dialognya yang cepat, adegan yang paling sering disorot adalah ketika staf kepresidenan berjalan hilir mudik di kantor, sehingga menyulitkan untuk memfokuskan perhatian. Dan kombinasi keduanya, menambah beban mata dan otak. Namun setelah beberapa episode, hal ini akan menjadi hal yang biasa.
Sejujurnya, gw ga tahu hype yang sebenarnya di White House. Karena tentu saja, gw ga pernah kesana. Namun secara logis, serial TV tentu saja mendramatisasi kejadian yang sebenarnya. Jadi let it be just entertainment.
Yang menjadi perhatian gw sebenarnya adalah, dialog-dialog yang dibangun oleh semua karakter dalam serial ini. Karena menceritakan tentang kantor kepresidenan, dialog yang muncul tidak akan jauh-jauh dengan permasalahan pemerintahan. Politik, ekonomi, hukum, sosial, pendidikan, dan lainnya. Dialog-dialog cerdas, akan sering muncul ketika draft undang-undang yang diajukan oleh eksekutif, akan terhambat oleh Kongres (senat dan house of representatives). Perdebatan yang diisi dengan argumen hukum, kondisi politik, fakta ekonomi, dan lainnya, kemudian diakhiri dengan keberhasilan staff presiden untuk menggolkan draft undang-undang tersebut.
Bercerita tentang politik, tentu saja diisi dengan penawaran-penawaran. Khususnya ketika ingin mencapai sesuatu. Tidak dijelaskan secara rinci, apakah Partai Demokrat memperoleh kursi yang signifikan di Senat dan House of Representatives. Namun dalam beberapa upaya menggolkan draft UU, nampaknya jumlah kursi Partai Demokrat dan Republik cukup berimbang, yang mengharuskan adanya lobi-lobi yang kuat. Lobi-lobi inilah yang kemudian diisi dengan berbagai penawaran, bahkan ancaman. Misalnya penawaran untuk bermain catur bersama presiden kepada anggota Kongres (hanya karena anggota Kongres tersebut menganggap bahwa hubungan dengan White House akan meningkatkan daya tawarnya di Kongres), ancaman tidak akan terpilih lagi dalam konvensi Partai, argumen Konstitusi mengenai penentuan pelaksanaan sensus atapun sampling, dan perdebatan lainnya.
Dan itu juga ditambah dengan permasalahan internal kantor kepresidenan yang akan dikemukakan dalam media massa, yang mengharuskan staff kepresidenan juga melakukan penawaran terhadap media massa agar tidak mengemukakan berita-berita yang tidak layak dikonsumsi publik.
Satu hal yang sangat gw garis bawahi dalam serial ini adalah, etos kerja yang ditunjukkan oleh seluruh staf kepresidenan. Kerja sampai larut malam, menginap di kantor, dan lainnya. Padahal gw yakin, tidak ada staf manapun di Indonesia yang akan rela melakukan hal-hal tersebut. Apakah itu dilebih-lebihkan oleh moviemaker, belum tau juga. Tapi yang jelas serial ini dapat menjadi contoh bagi orang-orang di pemerintahan Indonesia agar bisa memiliki etos kerja yang baik.
Comments
Post a Comment