Konflik Timur Tengah adalah sebuah topik pembahasan yang tidak pernah basi untuk diperbincangkan, dan selalu memunculkan isu-isu hangat setiap harinya. Timur Tengah merupakan sebuah kawasan geopolitik yang berada diantara semenanjung Arab, Asia Minor, dan Afrika. Sebenarnya, tidak ada istilah geografi yang tepat untuk mengklasifikasikan wilayah tersebut, meski pada pembagian zona secara umum, kawasan tersebut masih digolongkan ke dalam benua Asia.
Timur Tengah tidak pernah lepas dari sengketa, konflik, ataupun friksi yang terjadi diantara entitas-entitas yang terdapat di sana. Buku ini ditulis dalam tiga bagian dan sepuluh bab, yang kesemuanya menampilkan secara runut mengenai pertikaian di Timur Tengah, isu-isu yang terjadi di dalamnya, kejadian yang melatarbelakangi konflik, serta hal-hal pemicu sengketa.
Dalam buku Riza Sihbudi ini, ada dua kelompok entitas yang dijadikan kategori politik, yang pertama adalah negara-negara Muslim, yaitu Iran, Irak, dan Palestina. Lalu kelompok entitas yang kedua, Amerika Serikat (AS) dan Israel. Riza Sihbudi membahas bagaimana kebijakan politik luar negeri AS dan Israel bisa mempengaruhi politik kawasan di Timur Tengah, baik itu kebijakan secara langsung (G-to-G), ataupun melalui lembaga-lembaga internasional seperti PBB.
Isu yang menjadi penekanan dalam buku ini adalah pertentangan diantara dua entitas Islam dan non-Islam. Sengketa Timur Tengah memang seringkali diselewengkan menjadi konflik keagamaan, sehingga muncul bias pembahasan dalam sengketa tersebut. Sesungguhnya konflik keagamaan adalah ekses dari friksi kepentingan politik di dalam entitas yang berada di Timur Tengah. Riza Sihbudi menampilkan posisinya sebagai cendekiawan pembela negara-negara Muslim, yang menurutnya ditekan oleh AS dan Israel.
Begitu kuatnya hegemoni AS dan Israel, sehingga negara-negara Muslim digambarkan tidak sanggup untuk melawan kedigdayaan mereka. Selain itu, buku ini juga menggambarkan dengan cukup eksplisit mengenai minimnya peranan Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Liga Arab dalam membantu menyelesaikan friksi di Timur Tengah, khususnya dalam menuntaskan konflik antara Palestina-Israel.
OKI hanya sedikit memiliki peranan dalam membantu Palestina untuk melawan Israel, meskipun telah mengeluarkan banyak keputusan yang merespon permasalahan di Palestina. Bahkan OKI terkesan tidak berdaya menghadapi tekanan dari AS, sehingga latar belakang Islam yang menjadi keterikatan organisasi tersebut tidak berguna sama sekali.
Menurut Riza Sihbudi, OKI seharusnya mampu berbuat lebih banyak untuk membantu penyelesaian sengketa antara Palestina-Israel, khususnya dengan latar belakang Islam. Tetapi perpecahan yang terjadi didalam anggota-anggota OKI, telah menjadikan OKI tidak fokus untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Begitu pula dengan Liga Arab, latar belakang Arab yang menjadi landasan keterikatan organisasi tersebut tidak bisa membantu Palestina—yang notabene adalah bagian dari komunitas Arab—juga dikarenakan perpecahan diantara negara-negara Arab yang menjadi anggota Liga Arab.
Kajian Timur Tengah bukanlah sebuah topik kajian yang mudah, karena melibatkan banyak aspek dan perspektif yang tiap hari selalu berkembang. Sehingga sangatlah tidak mungkin untuk mengharapkan Riza Sihbudi bisa merangkum keseluruhan permasalahan di Timur Tengah dalam sebuah buku.
Buku ini sesungguhnya tidaklah menuliskan hal yang baru, meskipun harus diakui Riza Sihbudi merupakan orang Indonesia pertama yang membuat buku (semi textbook) yang komprehensif mengenai Timur Tengah. Apabila rajin memerhatikan berita-berita luar negeri melalui media nasional maupun internasional, maka buku ini adalah rangkuman dari seluruh berita-berita tersebut, ditambah dengan opini dari sang penulis.
Untuk mereka yang ingin mempelajari secara umum mengenai konflik di kawasan Timur Tengah, buku ini sangat bagus sebagai permulaan.
Comments
Post a Comment