Kalau dibilang tenar, Kerispatih emang kalah jauh dibandingkan Samsons, Ungu, Nidji, atau Peterpan. Apalagi soal penjualan album, yang tentunya kalah jauh dibandingkan band-band tersebut. Tapi Kerispatih tentunya tidak sama dengan grup-grup yang mendedikasikan dirinya di jalur pop.
Pas pertama kali denger Kerispatih di album pertama (Kejujuran Hati – 2004), gua masih menganggap kalau Kerispatih hanya sekedar pelengkap penderita band-band pop yang udah hadir di blantika musik Indonesia. Keheranan gua hanya pada masalah durasi waktu, karena hits-nya saat itu “Kejujuran Hati” memakan waktu sampai 6 menit, sebuah hal yang aneh untuk band pop yang rata-rata hanya membuat lagu sepanjang 3-4 menit. Selebihnya gua menganggap sama dengan band-band lain, karena gua udah terlanjur judgemental jadi ga denger semua lagu di album itu.
Di album kedua, gua baru mulai ngeh kalau ternyata Kerispatih itu bukan sekedar band pop pelengkap penderita. Terutama setelah lagu “Sepanjang Usia” yang menawarkan progresi kord yang ga pernah gua temuin di band pop manapun, termasuk skill masing-masing instrumentalis yang ga pernah juga gua temuin di band-band manapun. Sangatlah jarang bagi sebuah band pop untuk membuat tiga nada dasar sekaligus dalam sebuah lagu, apalagi memasukkan teknik-teknik yang biasanya hanya dimainkan di band-band rock. Dan lebih anehnya lagi, banyak sinkop-sinkop yang sulit untuk dimainkan, dimana band-band pop biasa pasti enggan untuk menyentuh ranah ini. Well, they do it anyway.
Lalu gua denger lagi album pertama mereka, yang ternyata sama sekali jauh dari bayangan gua dulu. Apalagi track “Cuma Manusia” yang konsepnya jauh dari mainstream lagu pop yang biasa dimainkan.
Di album ketiga ini, Kerispatih lumayan menurunkan kadar lagu-lagu mereka. Yang biasanya skillful, menjadi lebih sedikit bersahabat di “kuping”. Ga ada lagi progresi-progresi kord yang aneh kaya di “Sepanjang Usia” atau “Cuma Manusia”. Meski kebiasaan mereka untuk memasukkan sinkop di tengah-tengah lagu masih menjadi ciri khas yang sulit dihilangkan. Kalau dibandingkan dengan dua album sebelumnya, album yang sekarang terbilang lebih “pop”. Permainan bass Andhika yang “gahar” (untuk ukuran pop, dia gahar banget) di dua album sebelumnya tidak ditemukan lagi di album yang ini.
Peran Badai sebagai “pabrik” lagu Kerispatih memang masih belum tergantikan, baik itu aransemennya ataupun lirik. Jadi meski ada sedikit perubahan dari album-album sebelumnya, ciri khas Kerispatih yang tidak sama dengan mainstream band pop masih bisa dipertahankan. Di album ini juga dimasukkan track “Kawan” yang sebelumnya pernah ada di album kompilasi punya Presiden SBY.
Overall, Kerispatih masih bisa menawarkan sesuatu yang berbeda di jalur pop, sama seperti dua album sebelumnya.
kerispatih??
ReplyDeletebiasa aja....
malah ndak beda ama band² baru yang menye-menye...
paling jijik denger vokal sammy.....
KAPAN ITU BAND BISA MBIKIN LAGU YANG GA NGERENGEK_NGERENGEK MULU?!?!?!?
semua orang berhak berpendapat.
ReplyDeletejadi kalau menurut anda Kerispatih sama dengan band2 baru yang menye2, ya terserah...
tapi saya berpendapat lain. bagi orang yang tidak pernah secara kritis mendengar dan menyimak aransemen yang dibuat oleh Badai, baik itu aspek ritme, harmoni, ataupun melodi, tentu saja akan berpendapat bahwa mereka sama dengan band2 lain. Mengapa? karena yang paling kentara dari sebuah lagu adalah liriknya, dan tidak semua orang bisa secara teliti mendengar musiknya.
Saya sepakat, kalau liriknya memang ngerengek2. Tapi sebagai penikmat MUSIK, kualitas aransemen yang dibuat oleh mereka jauh melampaui kualitas liriknya.
Salam.
saya setuju dengan saudara pirhot nababan...
ReplyDeletelagu kerispatih tidak bisa disamakan dengan band2 baru yang menye-menye..
kenapa demikian...
karna progresi kord nya itu tidak gampang untuk di tebak...
biasanya band2 baru itu bikin lagu dari 4 kord...contoh C Am F G...
sedangkan kerispatih menggunakan harmoni lagu yang indah..menggunakan banyak kord...