Sebelum membaca buku ini, gua tidak pernah mendengar penulis novel bernama Erich Segal. Steven Seagal mungkin sering terlintas, tapi dia adalah bintang film. Awalnya hanya sekedar iseng melihat-lihat di toko buku TogaMas, dalam rangka menghabiskan waktu untuk menunggu mulainya jadwal mengajar.
Saat pandangan mata dialihkan ke bagian novel, gua mulai mengambil novel satu-persatu mulai dari yang menarik judulnya, sampulnya, ataupun penulis yang memang sudah gua kenal. Ketika sampai di novel ini dan membaca sinopsisnya di sampul bagian belakang, gua langsung teringat dengan novel-novel Jeffrey Archer yang seringkali menceritakan berbagai macam karakter tanpa menekankan salah satu yang menjadi tokoh utama.
“Wah, menarik nih…” adalah respon yang pertama kali gua keluarkan setelah membaca sinopsisnya, apalagi ditambah dengan cerita yang menurut gua bukan sekedar roman picisan (meminjam grup musik Dewa).
Andrew Eliot, Daniel Rossi, Jason Gilbert, Theodore Lambros, dan George Keller, adalah karakter-karakter yang diceritakan sebagai mahasiswa S1 (bachelor) di Harvard University oleh Erich Segal sepanjang novel ini.
Andrew Eliot, merupakan keturunan klan Eliot yang memang telah memiliki tradisi untuk memasuki Harvard sebagai mahasiswa S1. Daniel Rossi, musisi muda yang berusaha keras menyenangkan ayahnya. Jason Gilbert, Yahudi yang berusaha menutupi keyahudiannya, yang karena keyahudiannya dia ditolak di Yale University.
Theodore Lambros, si miskin yang telah menjadikan Harvard sebagai bagian dari kehidupannya namun tetap harus berusaha keras memasuki Harvard. George Keller, imigran Polandia yang kabur dari negara asalnya setelah revolusi berlangsung.
Lima karakter, ditambah karakter-karakter lain yang mewarnai perjalanan novel ini ternyata sudah tidak asing lagi bagi gua. Setelah membaca novel-novel Jeffrey Archer yang memiliki tipe serupa, kesulitan untuk memahami cerita yang terbagi dalam lima karakter utama bukan lagi menjadi masalah. Meskipun menurut gua, penceritaan Jeffrey Archer dalam menampilkan konflik pribadi si karakter ataupun konflik antar karakter lebih baik dibandingkan dengan Erich Segal.
Gua berpendapat, novel karya Erich Segal tak lebih dari menceritakan lima karakter masing-masingnya, tanpa ada kontak langsung yang substansial antar karakter. Meski diceritakan beberapa karakter pernah berhubungan, entah itu dalam satu asrama, pertemuan pertama dalam kelas, atau yang lainnya, Erich Segal tidak menceritakan lebih jauh bagaimana hubungan itu akan memberikan dampak bagi masa depan mereka.
Berbeda dengan Jeffrey Archer yang memang menceritakan dengan gamblang bagaimana masing-masing karakter berusaha bersaing satu sama lain (baca First Among Equals). Hal ini dapat dimaklumi, mengingat masing-masing karakter yang ada di novel ini bergelut dalam bidang yang berbeda.
Andrew Eliot menekuni dunia tulis menulis, sejarah, dan perbankan. Daniel Rossi menekuni dunia musik. Jason Gilbert lebih dikenal sebagai atlet. Theodore Lambros yang bekerja paruh waktu di restoran ayahnya. George Keller yang tenggelam dalam dunia politiknya. Sangat masuk akal jika interaksi antara mereka sangat sedikit kecuali hubungan sesama mahasiswa Harvard yang terus menjadi ikatan. Berbeda dengan karakter-karakter dalam Jeffrey Archer yang memang diceritakan berada dalam dunia yang sama, politik.
Agak sulit untuk bisa membandingkan cerita dari Erich Segal dengan realita yang sedang terjadi sekarang. Karena novel ini menceritakan mahasiswa-mahasiswa yang baru masuk pada tahun 1954, dan lulus di 1958. Yang pada akhirnya menceritakan tentang reuni mereka yang berlangsung pada tahun 1983.
Kondisi sosial politik selama lebih dari dua dekade itu tidak begitu gua pahami. Selain ada beberapa kejadian dunia yang amat berpengaruh, misalnya pembunuhan John F. Kennedy, skandal watergate Nixon, Perang Enam Hari antara Israel dan negara-negara Arab di tahun 1967, Perang Yom Kippur (lagi-lagi antara Israel dengan negara-negara Arab) di tahun 1973, dan tentunya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
Ketika melihat ringkasan/iklan novel-novel karya Erich Segal lainnya, ternyata dia lebih banyak menuliskan cerita roman yang menurut gua memiliki kecenderungan seperti novel-novel Sidney Sheldon. Jadi tentunya, penulis ini tidak masuk dalam daftar kategori penulis yang akan menjadi favorit gua.
Comments
Post a Comment