Berkat koneksi internet unlimited, film ini dapat saya unduh secara gratis, tentu dengan mengenyampingkan rasa bersalah karena mengkonsumsi produk ilegal. Raut Hayden Christensen tentu tak asing lagi bagi para penggemar Star Wars. Dengan memerankan karakter Anakin Skywalker, dirinya memang menjadi sangat populer.
Hal ini pun berdampak pada diri saya, karena tidak bisa melepaskan karakter Anakin dari Hayden Christensen. Mungkin karena aktingnya yang tak jauh berbeda antara satu film dengan lainnya, sosok Anakin seakan terbawa terus. Di film Jumper pun, saya masih merasakan sisa-sisa Anakin.
Film Jumper menceritakan tentang David Rice yang memiliki kemampuan untuk berteleportasi atau yang dalam film ini disebut dengan “jump”. David menyadari kemampuan untuk berteleportasi pada umur 15 tahun, ketika dirinya tenggelam di sebuah danau dan tiba-tiba berpindah ke perpustakaan sekolahnya.
Kemampuannya ini dimanfaatkan untuk kabur dari ayahnya, dan kemudian merampok bank untuk bertahan hidup. Hasil rampokannya ini digunakan untuk membeli sebuah apartemen mewah di New York, yang berisi foto-foto tempat yang telah dia kunjungi dengan cara “jump”. Ternyata, perampokan yang dilakukannya dapat diketahui oleh seorang Paladin bernama Roland Cox, yang akhirnya menjadi pemburu utama David.
Film ini sebenarnya memiliki modal yang kuat untuk menjadi suguhan yang menarik. Dengan adanya karakter jumpers dan paladins yang diceritakan telah menjadi lawan untuk waktu yang lama, maka seharusnya ada landasan cerita yang menerangkan tentang siapa itu jumpers dan siapa itu paladins.
Tetapi hal itu tidak ada, sehingga karakter jumpers seakan hanya dimiliki oleh David dan rekannya Griffin. Apabila hal itu dikembangkan, film ini dapat menjadi sebuah cerita pseudo-history yang sangat menarik. Bahkan film Transformers yang menceritakan robot pun memiliki latar belakang yang dapat menjelaskan adanya pertentangan antara kedua pihak (Autobot vs. Decepticon).
Selain itu, film ini tidak menerangkan bagaimana dampak dari teleportasi yang dilakukan oleh seorang jumper, ataupun dampaknya pada lingkungan sekitar. Ibu David yang ternyata seorang Paladin pun hanya mendapatkan porsi yang sedikit, sehingga film ini murni hanya kejar-kejaran antara jumpers dan paladins tanpa adanya latar belakang yang jelas.
Sebagai contoh, The Bourne Series yang menceritakan tentang sosok Jason Bourne, mampu menceritakan tentang pencarian Jason Bourne atas identitas dan hal-hal yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya, tanpa harus kehilangan ketegangan action-nya.
Yang sangat saya sukai dari film ini adalah pengambilan gambar di berbagai belahan dunia secara riil, bukan melalui rekayasa studio. Dengan mengenyampingkan plot cerita, setting yang digunakan sangat menarik, mulai dari Big Ben hingga perang di Bosnia.
Anyway, dengan lepaskan segala bentuk skeptis anda dalam menonton film, maka film Jumper menjadi suguhan yang layak tonton dengan pop-corn dan soft-drink.
Comments
Post a Comment