Salah seorang kawan blogger dan anggota forum Ajangkita.com, mengatakan dalam ulasannya bahwa film Transformers : Revenge of the Fallen mirip seperti film porno. Mengapa demikian? Karena menurutnya film ini benar-benar memanjakan mata dan telinga, tanpa harus repot-repot dengan alur cerita.
Hampir semua laki-laki pasti pernah menonton film porno, dan tentunya paham bahwa plot cerita berada urutan kesekian--mungkin bisa mengesampingkan karya dari Private dan Vivid. Meski saya tidak sampai terpikir untuk memberi label sekuel Transformers ini sebagai “porno”, namun saya sependapat bahwa film ini betul-betul mengesampingkan cerita dan menempatkan pertarungan Autobots vs. Decepticons sebagai andalannya.
Sekuel ini melanjutkan cerita ketika pasukan Autobots yang dipimpin oleh Optimus Prime berada di bumi dan bekerjasama dengan manusia untuk memberantas musuh mereka yaitu Decepticons. Ketika sedang menghancurkan beberapa Decepticons di Shanghai, Prime dan tentara Amerika mendapatkan peringatan dari Demolishor bahwa The Fallen akan segera bangkit.
Ancaman ini bertambah dengan adanya intervensi dari pemerintah AS yang merasa tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari kehadiran Autobots di bumi. Ternyata, ancaman dari salah satu Decepticon itu menjadi kenyataan, karena potongan Allspark yang disimpan di pangkalan militer AS, berhasil dicuri oleh Decepticons untuk menghidupkan kembali Megatron.
Hidupnya kembali Megatron ternyata bertujuan agar Decepticons yang dipimpin oleh The Fallen dapat mendapatkan energon dengan menghancurkan matahari milik planet bumi. Satu-satunya cara untuk mengancurkan matahari adalah dengan mengaktifkan perangkat yang telah dibuat oleh The Fallen ribuan tahun lalu.
Perangkat ini hanya bisa diaktifkan dengan kunci yang dinamakan dengan Matrix of Leadership yang tidak diketahui keberadaannya. Decepticons pun mulai berdatangan ke bumi untuk mencari kunci dan menghidupkan perangkat buatan The Fallen. Pertarungan antara Autobots dan Decepticons pun tak terhindarkan lagi, tentu dengan melibatkan Sam Witwicky dan pasukan yang dipimpin Mayor Lennox sebagai sekutu Autobots. Sesudah itu kita tinggal duduk dan menyaksikan kecanggihan animasi robot-robot Autobots dan Decepticons bertarung di bumi.
Hajar, tembak, hancur, and repeat. Setengah lebih dari film ini memang berisi tentang pengulangan ketiga hal tersebut. Bahkan substansi dari cerita bisa saja dikesampingkan, dan tak mengganggu jalannya pertarungan antara Autobots vs. Decepticon.
Semua teman-teman saya memang mengatakan bahwa film ini seru, dan saya sependapat dengan mereka asalkan tidak memberikan pujian yang tidak terlalu berlebihan. Seru, karena mata ini memang dimanjakan dengan hadirnya robot-robot baru, baik dari pihak Autobots maupun dari Decepticons. Seru, karena mata ini tambah dimanjakan dengan kehadiran Megan Fox yang gettin’ hotter.
Jadi film ini memang sangat memanjakan kaum lelaki normal yang masa kecilnya selalu berfantasi tentang mobil, pesawat, motor, dan mesin-mesin lainnya yang bisa berubah menjadi robot, dan ketika memasuki masa remaja mulai keranjingan wanita-wanita seksi.
Tetapi, nilai tambah film ini memang hanya berhenti di dua hal tersebut: robot baru—terutama Devastator—dan Megan Fox. Sisanya, tak lebih dari hal-hal dan pertarungan-pertarungan biasa yang dapat kita temukan di film-film aksi lainnya.
Sebagai contoh, film ini menjadi propaganda kekuatan dan pengaruh militer AS di dunia, yang dapat dilihat dengan pengerahan pasukan yang sangat massif AS beserta alusista-nya ketika berusaha mencegah The Fallen untuk mengaktifkan perangkat penghancur matahari.
Propaganda lainnya adalah pamer pengaruh militer AS, karena hanya dengan menelpon saja mereka mendapatkan bantuan udara dari Lebanon dan dari Mesir. Selain itu, film ini juga bertipikal seperti film Hollywood lainnya, yaitu happy ending. Sementara, hal lumrah lain dalam Hollywood, yaitu cerita mengenai from-zero-to-hero tidak ada dalam film ini, karena memang sudah diceritakan di film yang pertama.
Apabila melihat bagian akhir dari cerita, dimana duo Megatron dan Starscream kabur begitu The Fallen berhasil dibunuh, maka saya yakin, bakal ada sekuel selanjutnya. Mungkin saja pengembangan dari sejarah mengenai pertarungan penghuni Planet Cybertron, atau hal lainnya--saya tidak mengetahui lebih detail mengenai Transformers, karena belum pernah menonton versi kartunnya.
PS : di bagian akhir film pertama, Bumblebee diceritakan telah dapat berbicara seperti Autobots lainnya. Namun di film kedua ini, Bumblebee justru kembali menggunakan radio untuk berkomunikasi menyampaikan pesan. Why? I don’t really knows. Mungkin harus menonton lagi Transformers untuk yang keempat kalinya.
Comments
Post a Comment