Pers atau media lazim diasosiasikan sebagai pilar keempat demokrasi, seperti yang diutarakan oleh Thomas Carlyle pada tahun 1840. Pendapat ini dikuatkan ketika dua reporter The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein, berhasil menguak skandal Watergate di tahun 1970an. Pemberitaan ini akhirnya memaksa Presiden Richard Nixon untuk lengser keprabon.
Selain The Washington Post, dunia pers Amerika Serikat juga memiliki The Wall Street Journal, USA Today, dan The New York Times. Ketiganya adalah langganan juara Pulitzer, meski dari segi jumlah, The New York Times mendominasi dengan perolehan 106 Pulitzer.
Walau dunia mungkin lebih familiar dengan skandal Watergate, tak berarti The New York Times luput untuk melakukan reportase serupa. Mereka pernah menerbitkan reportase atas Pentagon Papers di tahun 1971, yang merupakan dokumen rahasia pemerintah AS mengenai keterlibatan AS di perang Vietnam.
Dengan rekor Pulitzer terbanyak dan reportase investigatif yang menghebohkan, bisa dikatakan The New York Times adalah salah satu koran yang paling berpengaruh di AS, dan mungkin juga di dunia. Reputasi ini kemudian diangkat menjadi sebuah film dokumenter berjudul Page One: Inside The New York Times.
Adegan Page One diawali dengan cuplikan berbagai berita televisi mengenai bubarnya koran-koran di Amerika Serikat. Tak sedikit dari mereka yang bahkan sudah terbit selama ratusan tahun—Rocky Mountain News telah berumur 150 tahun hingga edisinya yang terakhir.
Film ini berlanjut dengan kisah terkini dan keseharian The New York Times. Misalnya, penentuan berita di halaman depan; pengaruh Wikileaks dalam ppemberitaan The New York Times; wawancara dengan Julian Assange; upaya mereka untuk beradaptasi dengan media-media baru seperti Twitter, Facebook, dan blogger; penurunan jumlah iklan; kebijakan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja atau layoff; hingga skandal di dalam The New York Times itu sendiri.
Berbagai hal krusial ini disajikan melalui wawancara dengan jurnalis-jurnalis The New York Times seperti David Carr, Bruce Headlam, Brian Stelter, Tim Arango, hingga redaktur seperti Bill Keller dan Jill Abramson. Pendapat dari pengamat hingga praktisi media lain juga diikutsertakan dalam film ini.
Meski demikian, film ini tidak terfokus pada masalah tertentu yang sedang dihadapi oleh The New York Times. Dengan permulaan adegan film yang berisi cuplikan berita mengenai banyaknya koran AS yang tutup, Page One bisa dipersepsikan—pada awalnya—sebagai film yang mendokumentasikan upaya The New York Times dalam menghadapi kebangkrutan dan upayanya beradaptasi dengan media-media baru.
Namun, cerita kemudian berpindah ke pengaruh Wikileaks dalam pemberitaan di The New York Times. Jurnalis-jurnalis The New York Times menjelaskan perbedaan Wikileaks pada saat ini dengan Deep Throat, sumber anonim di skandal Watergate; dan Daniel Ellsberg, yang menjadi sumber bocornya The Pentagon Papers di tahun 1971.
Brian Stelter, salah satu jurnalis The New York Times, menjelaskan bahwa Wikileaks tak perlu menghubungi The New York Times agar informasi yang mereka peroleh bisa dipublikasikan. Informasi itu, oleh Wikileaks, justru diunggah ke situs YouTube, tanpa ada proses edit selayaknya berita dalam sebuah koran.
Belum selesai mengenai isu Wikileaks, Page One menyajikan liputan David Carr tentang tren yang ada di industri media AS. Mulai dari kolaborasi CNN dengan Vice, Comcast yang akan membeli NBC. Kemudian, Page One beralih ke isu mengenai Twitter sebagai salah satu jaringan sosial yang berperan dalam media baru.
Penyajian yang diberikan Page One mengenai The New York Times memang tidak terlalu memuaskan. Tidak ada satu isu yang cukup dibahas secara mendalam, seperti penetrasi internet yang berdampak pada oplah The New York Times. Hal ini menyebabkan jalinan cerita dalam Page One hanya sepotong-sepotong, dan tidak memberikan gambaran yang cukup jelas dan menyeluruh mengenai kesulitan The New York Times saat ini.
Page One juga luput untuk memberikan tayangan memuaskan tentang bagaimana para redaktur The New York Times berdebat untuk menentukan berita apa yang layak ditempatkan pada bagian A1—halaman paling depan di The New York Times.
Meski demikian, Page One tetap memiliki nilai tambah karena upayanya untuk mengoleksi berbagai permasalahan dalam industri media pada saat ini. Meski media Indonesia tidak bisa dibandingkan secara apple-to-apple dengan media AS, apa yang ditayangkan dalam Page Onebisa dijadikan sebagai referensi bagi para praktisi media untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tren media pada saat ini.
Director: Andrew Rossi | Starring: David Carr, Bruce Headlam, Richard Perez-Pena, Tim Arango, Bill Keller, Brian Stelter | Release Date: 17 Juni 2011 (Amerika Serikat) | Running Time: 96 menit
Comments
Post a Comment